Sabtu pagi. Hari yang tepat untuk istirahat,
malas-malasan, atau rekreasi. Kami melakukan ketiga hal tersebut pada hari yang
ditunggu-tunggu mahasiswa ini. Pagi hari sebagian dari tim mendapat tugas
memasak, sebagian memilih untuk menikmati pagi di posko, sementara saya beserta
beberapa teman saya mencoba menikmati pagi dengan berjalan santai keliling desa
Sukamulya. Udara pagi disini masih segar. Hiruk pikuk suara kendaraan bermotor
hampir tidak terdengar di sepanjang jalan yang berbatasan dengan hamparan sawah
hijau. It was a quality time to know more
about each other.
07 Juli 2012. Siang hari menjelang sore mungkin
adalah saat yang tepat untuk mengetahui seperti apa bagian ‘kota’ dari
kabupaten Subang, yap saatnya hang out ke
downtown. Karena satu orang anggota
tim harus pergi bersama dengan motornya, ketua tim dengan bijak bersedia diam
di posko agar jumlah motor dan jumlah orang yang diangkut seimbang. Tidak cukup
pengorbanan dari pak ketua, anggota perempuan dari tim kami pun harus berkorban
dengan merogoh kocek untuk membeli pelindung kepala, cukup agar tidak ditilang
saja.
Bagian kota dari kabupaten Subang ternyata
tidak begitu besar. Sempat tersasar dan tertinggal, saya tidak begitu sulit
untuk menemukan tempat yang dituju. Pasar, kios bakso, dan ‘mal’ adalah tempat
yang coba kami jajaki. Keperluan hiburan seperti antena dan joystick kami
temukan walaupun dengan harga yang lebih mahal dari harga standar yang biasa
didapati di daerah Bandung kota. Semua keperluan harian coba kami cari disini,
tapi ada satu kebutuhan yang tidak diambil disini karena harga yang tidak
rasional, trashbag berharga tiga ribu
rupiah/lembar.
Sepulang hang
out kami langsung menemui tokoh desa untuk membicarakan program-program
yang akan dilaksanakan. Tak jauh dari rumah, posko KKN mahasiswa IPB dipenuhi
oleh anak-anak yang belajar mengaji. Mereka juga membuat sebuah permainan ular
tangga dimana anak-anak harus menjawab pertanyaan seputar agama atau umum untuk
memenangkan permainan. Saya pikir KKN
IPB sudah selangkah di depan, banyak hal yang bisa ditiru dari mereka,
kerja-sama dalam program pun saya pikir adalah ide bagus yang tidak ada
salahnya untuk dicoba. Beberapa program telah dibicarakan dengan tokoh desa
setempat, pelaksanaan hanya tinggal menunggu waktu. Program terdekat adalah
mengajar anak-anak mengaji maghrib-Isya. Baiklah,
walaupun saya tes BAQI harus lulus ditangan dosen, mungkin saya akan bermain
aman dengan mengajar anak-anak iqra 1.
So far so good. Hal tersebut saya kira tidak mungkin sama selama 40 hari. Hal-hal yang sangat bagus pun akan membosankan jika dilakukan dengan sama secara terus menerus. Well. Let’s throw a party or wreck a havoc then (LOL).
No comments:
Post a Comment