Wednesday, July 11, 2012

KKN Hari ke-6; Sawah

Pagi hari, tidak ada yang menarik untuk diceritakan. Sepertinya saya mulai kekurangan bahan untuk tantangan menulis satu artikel tiap hari selama 40 hari KKN. Bagaimana tidak, hampir setiap hari kami bingung mesti melakukan apa karena jadwal kegiatan desa yang seringkali tidak menguntungkan kami. Misalnya ketika desa sibuk mengurus E-KTP yang merupakan urusan internal desa, atau karena kebanyakan warga pergi ke sawah sehingga aktifitas pedesaan sendiri cenderung sepi, atau karena kami merasa lebih nyaman diam di rumah dan tidak memiliki ide kreatif untuk melakukan suatu hal yang produktif. Apa pun itu, pagi ke enam KKN kami habiskan dengan banyak diam di rumah.

10 Juli 2012. Merasa bosan, saya beserta Wawan dan Puguh memilih berjalan-jalan menikmati daerah pesawahan desa Sukamulya. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kecamatan Pagaden masuk ke kawasan Subang tengah yang sebagian daerahnya merupakan daerah pesawahan. Desa Sukamulya sendiri memiliki daerah pesawahan yang luas, tak aneh mata pencaharian masyarakat disini kebanyakan adalah petani. Hamparan sawah desa Sukamulya sangat indah. Pemandangan sawah hijau membentang luas disertai mulai redupnya matahari sejauh mata memandang. Wawan sang ketua tim pun menyatakan bahwa tempat ini sangat lah cocok untuk dijadikan tempat berpacaran (lol).





Sebenarnya daerah pesawahan desa Sukamulya sedang mengalami masalah kekeringan. Selain akibat musim kemarau, penyebab kekeringan lainnya adalah karena tanggul yang biasa dijadikan cadangan air warga desa Sukamulya jebol. Berita jebolnya tanggul desa Sukamulya sebenarnya sudah saya ketahui bahkan sebelum berangkat KKN, hal tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran, beruntung daerah tempat tim menetap saat ini bukan daerah yang terkena imbas langsung jebolnya tanggul. Salah satu penduduk menceritakan spekulasi jebolnya tanggul. Sumber kami berspekulasi jika sebenarnya hal tersebut adalah akibat keserakahan manusia. Air tanggul yang seharusnya dialirkan secara cuma-cuma dimonopoli oleh oknum petugas curang yang kabarnya meminta bayaran untuk air yang mengalir ke sawah para petani. Protes warga yang tidak bersedia membayar tentu saja berdampak pada tidak mengalirnya air di tanggul, debit air semakin membeludak, dan tanggul pun akhirnya jebol. Hingga saat ini para petani berupaya mengairi sawahnya dengan memanfaatkan sumur bor yang saya sendiri tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Kabarnya usaha pengairan sawah melalui sumur bor dapat berlangsung dari siang hingga pagi. Semoga usaha para petani desa Sukamulya membuahkan hasil, semoga keindahan hamparan sawah ini tidak hanya dapat dinikmati oleh mata kami, namun juga oleh perut masyarakat luas.



No comments:

Post a Comment