Pagi hari, tidak ada yang menarik untuk
diceritakan. Sepertinya saya mulai kekurangan bahan untuk tantangan menulis
satu artikel tiap hari selama 40 hari KKN. Bagaimana tidak, hampir setiap hari
kami bingung mesti melakukan apa karena jadwal kegiatan desa yang seringkali
tidak menguntungkan kami. Misalnya ketika desa sibuk mengurus E-KTP yang
merupakan urusan internal desa, atau karena kebanyakan warga pergi ke sawah
sehingga aktifitas pedesaan sendiri cenderung sepi, atau karena kami merasa lebih
nyaman diam di rumah dan tidak memiliki ide kreatif untuk melakukan suatu hal
yang produktif. Apa pun itu, pagi ke enam KKN kami habiskan dengan banyak diam
di rumah.
10 Juli 2012. Merasa bosan, saya beserta Wawan
dan Puguh memilih berjalan-jalan menikmati daerah pesawahan desa Sukamulya.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kecamatan Pagaden masuk ke
kawasan Subang tengah yang sebagian daerahnya merupakan daerah pesawahan. Desa
Sukamulya sendiri memiliki daerah pesawahan yang luas, tak aneh mata
pencaharian masyarakat disini kebanyakan adalah petani. Hamparan sawah desa
Sukamulya sangat indah. Pemandangan sawah hijau membentang luas disertai mulai
redupnya matahari sejauh mata memandang. Wawan sang ketua tim pun menyatakan
bahwa tempat ini sangat lah cocok untuk dijadikan tempat berpacaran (lol).
Sebenarnya daerah pesawahan desa Sukamulya sedang
mengalami masalah kekeringan. Selain akibat musim kemarau, penyebab kekeringan
lainnya adalah karena tanggul yang biasa dijadikan cadangan air warga desa
Sukamulya jebol. Berita jebolnya tanggul desa Sukamulya sebenarnya sudah saya
ketahui bahkan sebelum berangkat KKN, hal tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran,
beruntung daerah tempat tim menetap saat ini bukan daerah yang terkena imbas
langsung jebolnya tanggul. Salah satu penduduk menceritakan spekulasi jebolnya
tanggul. Sumber kami berspekulasi jika sebenarnya hal tersebut adalah akibat
keserakahan manusia. Air tanggul yang seharusnya dialirkan secara cuma-cuma dimonopoli
oleh oknum petugas curang yang kabarnya meminta bayaran untuk air yang mengalir
ke sawah para petani. Protes warga yang tidak bersedia membayar tentu saja
berdampak pada tidak mengalirnya air di tanggul, debit air semakin membeludak,
dan tanggul pun akhirnya jebol. Hingga saat ini para petani berupaya mengairi
sawahnya dengan memanfaatkan sumur bor yang saya sendiri tidak tahu bagaimana
cara kerjanya. Kabarnya usaha pengairan sawah melalui sumur bor dapat
berlangsung dari siang hingga pagi. Semoga usaha para petani desa Sukamulya
membuahkan hasil, semoga keindahan hamparan sawah ini tidak hanya dapat
dinikmati oleh mata kami, namun juga oleh perut masyarakat luas.
No comments:
Post a Comment