Tuesday, July 10, 2012

KKN Hari ke-5; Meeting


Pagi hari dimulai dengan mengerjakan tugas piket mingguan yang telah dijadwalkan. Senin kebetulan adalah jadwal piket saya. Tidak ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan mengenai piket. Hal yang mungkin bisa di highlight adalah makna sampah plastik bagi mak Eras, tetangga samping rumah yang masih harus menggunakan sandal di dalam rumah agar kakinya tidak terkotori lantai tanah tak berkeramik. Mungkin bagi sebagian besar dari kita kemasan teh gelas hanyalah sampah. Namun, bagi nenek yang tinggal dengan seorang anak dan dua cucu itu, kumpulan sampah tersebut adalah sesuatu yang dapat membuat dapur mereka terus mengepul. Sampah plastik tersebut dia kumpulkan dan tukarkan dengan minyak goreng. Mungkin hal seperti ini sudah biasa kita lihat di acara-acara reality show yang disiarkan stasiun TV, namun mengetahui dan melihat secara langsung ‘reality show’ ini terasa berbeda bagi saya, hal yang secara pribadi dapat meningkatkan rasa syukur dan penghargaan nilai suatu benda.

09 Juli 2012 siang kami pergi menemui kepala desa Sukamulya untuk membicarakan beberapa program yang akan dilaksanakan. Tidak begitu banyak hal yang didiskusikan karena pembicaraan akan dilanjutkan Kamis, ketika rapat besar dengan semua perangkat desa Sukamulya dilaksanakan. Agenda rapat selanjutnya berlangsung di kantor kecamatan. Perwakilan KKN IPB dan UPI dari semua desa lokasi KKN berkumpul untuk membicarakan kegiatan olahraga dan cerdas cermat dalam rangka menyambut HUT RI ke-67. Dari rapat ini kami mulai merasa hal-hal yang bersifat politis dan ’funding’ mulai bermunculan, hal yang mungkin biasa terjadi dalam setiap kesempatan para mahasiwa tinggal di desa. KKN UPI menyanggupi untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin, termasuk dalam hal penyediaan peralatan dan tropi, sementara KKN IPB dengan berbagai alasan rasional menyatakan tidak bisa memberikan bantuan secara maksimal.




Sore hari berlalu seiring dengan lemparan kartu uno ke lantai disertai canda tawa satu sama lain. Seorang yang ‘beruntung’ dalam permainan ini berkesempatan untuk di ‘make over’, dan dia adalah Iman dari KKN IPB. Saya rasa wajahnya tidak banyak berubah walaupun setelah di make over (lol).
 

Rutinitas selanjutnya adalah mengajar anak-anak mengaji di masjid. Sebagian dari tim lebih memilih untuk menjaga rumah, tentu hal tersebut membuat anak-anak bertanya “Ka Ihsan, ari nu sanesna kamana?” sejenak terdiam saya hanya bisa menjawab “Nuju beberes di bumi”. Pembelajaran mengaji sendiri berlangsung secara ‘flexibel’. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bercanda, berlari-lari, bahkan bertengkar. Foto dibawah mungkin bisa menggambarkan bagaimana anak-anak sulit diam dan diatur.



Hari ke-lima mulai terasa kalau masalah terbesar tatkala KKN adalah terlalu banyaknya waktu luang. 40 hari saya kira adalah jumlah alokasi waktu yang membuat seseorang tidak perlu terburu-buru untuk bergerak. Virus BO54N kian hari semakin kebal. Antibiotik semacam Uno, poker, remi, TV, film bahkan PES sekali pun mulai tidak efektif. Virus ini saya kira dapat menyebabkan ‘rarungsing’ dan akibat paling fatal mungkin adalah perselisihan antar anggota. Sampai saat ini tim masih terus berupaya untuk mencari obat virus mematikan ini.

No comments:

Post a Comment