Friday, July 13, 2012

KKN hari ke-8; Minggon

Tak seperti biasanya, pagi ini semua anggota tim bangun dan mandi lebih awal. Fenomena ini terjadi karena hari ini adalah hari dimana tim KKN UPI dan IPB secara resmi akan memperkenalkan diri dan menyampaikan program yang telah direncanakan di depan semua aparat dan tokoh desa Sukamulya dari sampai tokoh ibu PKK, bapak RT/RW, petani, hingga kepala desa, dalam sebuah rapat yang diadakan di awal dan akhir bulan, biasa disebut ‘minggon’. Terlambat berarti nilai minus untuk kriteria first impression.

Tidak semua anggota tim beranjak dari tempat tidur pagi itu, Erni, salah satu teman kami dari pendidikan bahasa Jepang tidak beranjak dari tempat tidur, bukan karena malas, tetapi karena kondisi tubuhnya yang tidak fit. Sesegera mungkin anggota keluarga diminta untuk menjemput dan memberikan treatment yang lebih baik dari apa yang dapat kami berikan di tempat KKN. Odaijini Erni, semoga kamu muntaber bukan karena hukuman memakai helm.

12 Juli 2012 kami sampai ke kantor desa pukul delapan lebih. Sempat merasa khawatir datang terlambat, kami kemudian merasa lebih tenang ketika mendapati jika ruang rapat baru ditempati oleh mahasiswa KKN IPB. Rapat pada akhirnya dimulai pukul Sembilan lebih, seharusnya kami ingat jika rumus jadwal acara di Indonesia adalah N+1. Banyak hal lucu terjadi ketika rapat. Salah satunya adalah saat pembahasan E-KTP yang berlangsung dengan banyak tanya jawab. Lucu adalah ketika ada tiga pertanyaan yang sama dilontarkan oleh aparat desa berkenaan dengan E-KTP. Pertanyaan pertama adalah “pak upami aya warga Subang nu ngalih ka Karawang eta kedah ngadamel deui KTP teu pak? Pertanyaan kedua “pak, mun abdi ti Subang ngalih ka kabupaten sanes eta kedah ngadamel KTP deui panginten nya pak?” pertanyaan selanjutnya adalah “pak, umpamana aya warga ti kabupaten, ngalih ka kota sanes, eta kumaha tah pak KTP na?” sedikit terlihat frustasi, petugas E-KTP tetap menjawab ketiga pertanyaan tersebut berulang-ulang. Pertanyaan lain yang menggelitik kami adalah ketika ada seorang anggota rapat yang bertanya “Pak upami aya nu gaduh istri dua kumaha pak status ngadamel KTP na?” bukannya langsung menjawab pertanyaan, petugas E-KTP malah menceritakan jika ada seorang kepala keluarga tertangkap basah mempunyai istri muda ketika proses pembuatan E-KTP. Sepintas saya pun langsung melihat beberapa wajah menggambarkan raut kekhawatiran (LOL).




Giliran perwakilan mahasiswa KKN IPB dan UPI untuk maju ke depan pun tiba. Saya yang sebenarnya bukan yang berkewajiban menyampaikan sambutan terpakasa menggantikan Wawan sang ketua yang tidak biasa bercakap-cakap di depan umum. Perkenalan dan penyampaian program berjalan cukup lancar, terlebih sebelumnya kami telah berdiskusi dengan salah satu tokoh desa mengenai segala hal yang harus diperhatikan ketika berbicara di depan rapat minggon. Dari diskusi itu saya belajar banyak unsur politik dan diksi tertentu yang harus diperhatikan ketika berbicara di depan masyarakat.



Selesai rapat kami memutuskan untuk pergi berkunjung ke rumah Molly demi mencari makanan enak namun cuma-cuma. Estimasi 30 menit untuk sampai ke TKP ternyata terasa lebih lama, membuat pegal, dan panas. Berwisata di rumah Molly selama kurang lebih dua jam, kami memilih pulang dengan mengambil rute yang lebih jauh, namun dinilai lebih nyaman dari rute keberangkatan. Desa Kalijati adalah salah satu daerah yang kami lewati. Sesuai dengan namanya, disini banyak pohon jati, sayangnya banyak pohon yang tidak lagi menghasilkan oksigen untuk masyarakat, namun menghasilkan uang hanya untuk para pemborong. Sayangnya lagi kamera yang biasanya saya bawa kemana pun pergi merasa lelah untuk memberikan ilustrasi bagaimana lahan jati desa Kalijati sudah banyak yang rata dengan tanah.


No comments:

Post a Comment