Pagi hari, fenomena tim KKN desa Sukamulya
bangun lebih awal terulang kembali. Hal tersebut kali ini dikarenakan kami
harus sudah berada bersama dengan ibu bidan dan kadernya di posyandu pada pukul
8. Pagi itu kami dijawadwalkan untuk belajar dan membantu kegiatan penimbangan dan
imunisasi di kampung Sukajaya dan Sukamaju. Hari itu adalah kegiatan posyandu
terakhir di bulan Juli untuk desa Sukamulya.
Posyandu Sukajaya adalah posko pertama yang kami kunjungi. Sekitar 120 anak ditargetkan untuk datang dan menjalani program penimbangan dan imunisasi. Tidak banyak hal yang bisa kami bantu, tapi banyak sekali yang bisa kami pelajari disini. Dari membantu ibu-ibu posyandu, kami mengetahui beberapa jenis vaksin penyakit, grafik pertumbuhan ideal, dan beberapa trik agar anak-anak mau menjalani program posyandu. Misalkan, trik agar anak tetap bisa ditimbang walaupun dia tidak mau adalah dengan cara menimbang sang ibu yang menggendong anaknya, kemudian ibu ditimbang sendiri, maka: berat anak = berat ibu menggendong anak dikurangi berat ibu tanpa menggendong anak. Selesai di kampung Sukajaya, selanjutnya kami menuju posyandu yang terletak di kampung Sukamaju. Walaupun daerah sekitar posyandu Sukamaju saat itu sedang dalam keadaan berkabung karena ada salah satu warga yang meninggal, program posyandu berjalan cukup lancar. Hanya tujuh orang anak terdata yang tidak dibawa ke posyandu pada hari itu.
Merasakan proses program posyandu secara langsung membuat saya makin merasa jika anak-anak adalah mahluk paling lucu dan menggemaskan sedunia, jauh lebih lucu dari boneka Chucky atau Pinoccio. Sepanjang pelaksanaan program posyandu kami banyak tersenyum dan tertawa karena kepolosan mereka. Banyak dari mereka yang takut, menangis, bahkan tertawa ketika hendak ditimbang dan disuntik imunisasi. Ada satu orang anak yang sudah mirip ‘Po’ Kung Fu Panda padahal baru saja masuk kelas satu SD. Ada juga sebuah adegan dimana seorang kakak membagi susu pada adiknya menggelitik kami untuk berkata ‘so sweet’, dan masih banyak lagi hal yang membuat kami tersenyum dan tertawa. Intinya, kami sangat senang bisa berbagi dengan anak-anak desa Sukamulya.
Selesai di posyandu, setengah hari tersisa tidak saya habiskan dengan berdiam di kontrakan semata. Bertujuan awal untuk mengajar ngaji di masjid pada siang hari, kami malah berbelok arah menuju situ Saradan setelah Roy mengajak kami mencari eceng gondok untuk bahan percobaan pembuatan pupuk bagi petani desa Sukamulya. Saya pun akhirnya dapat melihat langsung situ jebol yang beritanya hingga disiarkan televisi. Proses perbaikan situ yang dimulai dengan pengerukan sudah dimulai hari itu. Air di situ sudah hampir tak tersisa, namun eceng gondok yang sudah berstatus gulma karena mengganggu laju air dan memonopoli oksigen bagi para hewan air tumbuh subur melimpah. Saya, Ahmad, Iman dan Roy langsung turun untuk mendapatkan beberapa karung tumbuhan yang akan dijadikan pupuk ini. Sore hari akhirnya ditutup dengan baju dan tubuh bau keringat terkotori lumpur situ Saradan. Tak apa-apa, berani kotor itu baik.
Sampai hari ke-sembilan, ternyata masih banyak hal yang bisa dipelajari dan diceritakan dari KKN.
No comments:
Post a Comment