Saturday, May 5, 2012

Dibalik Nama


[sumber]

Asumsi. Mungkin banyak orang berpikir bahwa hal yang diutarakan berlabelkan kata ini hanyalah omong kosong belaka, tidak ilmiah, dan tidak bisa dipercaya. Di sisi lain saya percaya bahwa asumsi adalah sebuah bentuk kebebasan berpikir, sebuah bentuk kebebasan berpendapat, dimana seseorang dapat memproyeksikan apa yang ada dipikirannya. Sebuah asumsi datang dari persepsi kenyataan yang dilihat atau dirasakan seseorang. Ketika seseorang mengeluarkan sebuah asumsi, seharusnya bukan hanya pernyataan “asumsi macam apa itu?”, namun juga  “kenapa anda bisa berasumsi demikian?”. 

Seorang mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis, kreatif, dan ilmiah. Ketiga hal tersebut sebetulnya bisa mendukung satu sama lain. Namun tidak sedikit justru kemampuan berpikir kritis dan kreatif seorang mahasiswa ditekan dengan tuntutan untuk berpikir ilmiah. Ketika mahasiswa berpikir kritis dan kreatif, kemudian dia menyampaikan pendapat, respon yang biasanya muncul dari sang superior adalah “apa buktinya? dari buku apa? siapa pengarangnya? tahun berapa? halaman berapa?” dan sebagainya.

Empiris dan ilmiah memang sangat penting dalam dunia ilmu pengetahuan, namun saya pikir berpikir empiris dan ilmiah tidak harus menekan ke-kritisan dan ke-kreatifan seseorang dan menjadi patokan utama seseorang dalam menyampaikan pendapat. Bahkan salah satu genius dunia pun, Albert Einstein, berkata “imagination is more important than knowledge”. Dari situ saya dapat mengasumsikan bahwa untuk sampai ketingkat ilmiah, sebelumnya kita harus memiliki ide kritis, dan kreatif. Imajinasi, setelah itu pembuktian secara ilmiah, bukan sebaliknya. 

Mere Assumptions; There is no Restriction in Thinking adalah sebuah ruangan dunia maya dimana saya meluapkan apa yang ada dipikiran saya. Walaupun bertemakan apa yang saya asumsikan, artikel dalam blog ini saya usahakan tidak hanya berdasar pada pendapat saya. Pengalaman, pengetahuan yang saya dapat dikelas, apa yang saya baca, dan apa yang saya lihat juga menjadi dasar-dasar tambahan yang mungkin bisa memperkuat asumsi yang saya utarakan, namun tentu tidak akan seilmiah penulisan sebuah karya tulis. 

Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat, untuk berasumsi. Ketika saya memiliki kebebasan untuk berasumsi A, kenapa orang lain tidak boleh berasumsi B?. Oleh karena itu saya juga membuka diri jika ada yang memiliki pendapat berbeda dengan apa yang saya tulis, atau bahkan mengoreksi apa yang saya asumsikan sehingga saya berubah pikiran. Namun, jangan lupa etika dan bahasa yang harus dijaga ketika menyampaikan pendapat. Orang yang berusaha menyampaikan pendapat yang berlawanan dengan pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut adalah orang intelek, dan orang tersebut pastilah orang yang pintar dalam menggunakan bahasa. 

Mari kita terus berpendapat, mari kita terus berasumsi. Pikirian adalah mahluk yang sangat sulit untuk dikurung, dia dapat terbang lebih tinggi dan lebih jauh dari burung apa pun, lebih dalam dari lautan, dan lebih luas dari langit. Soekarno, Mahatma Gandhi, dan Nelson Mandela adalah orang-orang yang pernah merasakan rasanya dipenjara, merasakan penderitaan ketika kegiatan mereka dibatasi dan kebebasan mereka direnggut. Namun kenapa mereka bisa menjadi orang besar, sukses, dan berpengaruh? Asumsi saya adalah:

Karena yang berhasil dipenjarakan hanyalah raga mereka, bukan pikiran mereka.

No comments:

Post a Comment