Saturday, April 14, 2012

Pintar saja tidak Cukup

[sumber]

Mungkin banyak diantara mahasiswa yang menjadi lebih bersememangat menjalani hidup dengan KHS penuh dengan keterangan mata kuliah tidak lulus setelah membaca quote dari Bill Gates diatas. Bak ajaran agama yang banyak disalah artikan oleh para pengikutnya, quote ini pun perlu diluruskan lagi maksud dan kandungannya.

Memang benar Bill Gates tidak lulus dalam beberapa mata kuliah, bahkan lebih dari itu dia keluar dari Harvard University. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa kebodohan lah yang membuat dia menjadi pemilik Microsoft. Bill Gates tetaplah seorang jenius, namun ke jeniusannya tidak dia ditunjukan semata-mata dengan IPK yang dia dapat. Dari beberapa sumber yang saya temukan, selama berkuliah di Harvard, Bill Gates banyak terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan di luar kuliah, menjadi anggota organisasi, dan banyak melakukan interaksi sosial dengan orang-orang yang dianggap hebat.

Selama ini banyak anggapan kalau seorang mahasiswa yang sejati adalah mahasiswa yang setelah selesai kegiatan belajar di kampus, pulang, belajar lagi di rumah, keesokan hari kuliah lagi, pulang, dan belajar lagi. Sementara mahasiswa yang setelah selesai kuliah langsung menuju ruangan rapat, bermain, mengorganisir kegiatan, berinteraksi dengan orang lain, dianggap mahasiswa yang tidak benar kuliahnya, dianggap tidak akan lulus dengan nilai memuaskan, dan dianggap tidak akan lebih sukses dari mereka yang sepulang kuliah kembali belajar di rumah.Saya mempunyai dua tanggapan untuk hal yang saya asumsikan banyak menjadi asumsi banyak orang tersebut.

Pertama, apakah benar jika kita aktif berorganisasi maka IPK kita akan kecil? Menurut saya tidak benar, selama belum ada penelitian resmi yang menguji korelasi antara aktif berorganisasi dengan kecilnya nilai IPK, saya sarankan agar para mahasiswa jangan takut menjadi anggota organisasi. Toh banyak juga kan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi apa pun mendapat IPK kecil. Intinya, semua tergantung pada bagaimana kita memenej waktu yang kita miliki.

Kedua, jika anda berpikir dengan aktif berorganisasi anda tidak akan sukses, coba tinjau kembali. Sebuah artikel melansir bahwa sekitar 23% wirausahawan di Indonesia adalah lulusan SMA, 33% lulusan SD, sementara para lulusan universitas yang dianggap kaum intelektual hanya menyumbang 7% dari jumlah keseluruhan wirausahawan di Indonesia. Kebanyakan orang yang memiliki ijazah universitas justru lebih memilih menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Dari data tersebut, dapat kita asumsikan jika di luar sana banyak orang pintar yang menjadi bawahan orang yang dapat mengatur dan mengorganisir. Besar kemungkinan pemilik sebuah restoran ternama bukanlah orang yang paling tahu bagaimana cara memasak di dapur, dan besar juga kemungkinan pemilik perusahaan obat bukanlah orang yang paling tahu tentang kimia di perusahaannya. Saya kira mereka hanyalah orang yang bisa mengatur dan mengorganisir, mereka adalah orang yang pandai memanfaatkan orang yang lebih pintar dari mereka. Mungkin mereka hanya tahu bagaimana kriteria barang bagus tapi tidak mengetahui cara membuat barang tersebut. Hal tersebut bukanlah masalah, karena yang mereka perlu lakukan hanyalah mengatur orang pintar untuk menjalani prosesnya sementara mereka menunggu dan mengomentari hasil kerja para orang pintar tersebut.

Kelebihan mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi adalah kemampuannya dalam melakukan interaksi sosial dan mengorganisir suatu hal. Saya rasa dalam hidup ini kita pasti butuh bantuan orang lain, kita harus pandai berinteraksi. Sepintar apa pun seseorang pasti dia akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomor satu di Indonesia, termasuk orang yang makan dari beras yang dihasilkan petani. Sehebat apa pun dia, jika urusannya adalah cangkul mencangkul, saya ras petani akan lebih unggul. Seorang ahli kimia yang selama kuliahnya terus belajar tanpa banyak berorganisasi dan berinteraksi mungkin tahu bagaimana menyusun ikatan karbon. Tapi mungkin dia akan merasa canggung jika harus mengatur manusia yang tidaklah sekaku dan setunduk ikatan karbon. Orang 'pure' pintar yang memaksakan diri untuk memimpin cenderung mengatur tanpa memperhatikan perasaan orang yang dia atur, seakan-akan orang tersebut hanyalah karbon tanpa perasaan yang bisa diatur secara teoritis.

Intinya, dalam berkehidupan kita tidak bisa hanya bergantung pada kepintaran semata. Apalagi jika kita ingin menjadi seorang pemilik usaha dengan ribuan karyawan, atau ingin menjadi seorang pemimpin lembaga. Mengatur dan memenej ada seni dan ilmu yang harus dikuasai. Saya pikir mungkin Itu lah sebabnya banyak sekali jurusan-jurusan yang berkaitan dengan manajemen atau pengaturan. Bukan berarti kita harus masuk jurusan manajemen untuk sukses mengorganisir, kita juga bisa belajar mengatur dari banyak hal, salah satu yang paling terbukti dapat meningkatkan kemampuan manajemen seseorang adalah keaktifan dalam organisasi.

Anda mendapatkan IPK 4.0? setiap pulang kuliah langsung belajar dan menolak ajakan main dari teman anda? Selamat! Anda berpeluang besar menjadi staff ahli pada sebuah perusahaan ternama, sementara teman anda yang mendapat IPK standar kisaran 3.0-3.5, aktif dalam organisasi, dan banyak melakukan interaksi sosial, memiliki peluang lebih besar untuk menjadi bos di tempat anda bekerja.

Pada akhirnya hidup ini adalah pilihan. Tidak ada parameter bahagia dan parameter kesulitan yang pasti, semuanya kita yang menentukan. Lagipula jika semua orang ingin menjadi pemimpin tanpa mau menjadi karyawan, roda kehidupan tidak akan berputar  dengan lancar. Namun hal yang bisa kita lakukan dari sekarang adalah memilih di posisi mana kita berada dalam perputaran roda kehidupan.

Being smart is not enough, but it doesn't mean that being smart is not needed :)

-Assumption-

10 comments:

  1. Buat orang seperti saya yang IPK pas-pasan dan di organisasi juga AGAK aktif, ini jadi tameng andalan. Apalagi kalau ada yang bilang: mending lulus lama tapi langsung kerja atau lulus tepat waktu tapi nganggur? Wah, jadi semangat buat lulus lama.. hehehe..

    # mahasiswa sekarang ga boleh kaya saya.. :D

    ReplyDelete
  2. I'm wondering if d writer has ever been in a position where they can achieve high GPA and also fund their life in the same time..
    Or this post is merely (just like what it says 'Merely Assumption')a form of justifying their active involvement in what-so-called a student organization while their GPA is not that good..
    Know this, young man..
    There are people out there whose GPA is excellent but still can actively involved in organization AND even fund their life with their money. What's your assumption on THAT then?

    ReplyDelete
  3. @Paman Guru
    Hehe, semangat paman guru... :D Being smart is not enough doesn't mean that being smart is not enough.

    @Penina Angel
    currently, I am actively involved in some organizations and try to manage my GPA to be around 3.4-3.5 :)
    Wow, indeed people whose GPA is excellent yet they are actively involved in organizations are great. They surely know how to manage their time :)

    ReplyDelete
  4. "Anda mendapatkan IPK 4.0? setiap pulang kuliah langsung belajar dan menolak ajakan main dari teman anda? Selamat! Anda berpeluang besar menjadi staff ahli pada sebuah perusahaan ternama, sementara teman anda yang mendapat IPK standar kisaran 3.0-3.5, aktif dalam organisasi, dan banyak melakukan interaksi sosial, memiliki peluang lebih besar untuk menjadi bos di tempat anda bekerja." <~ saya quote yg ini.

    udah pernah melakukan penelitian sendiri, dengan menanyakan para pengusaha sukses ipknya di kisaran berapa? kalo cuma berdasarkan artikel mungkin artikel itu sengaja dibuat untuk menciptakan hegemoni bahwa wirausawan kebanyakan lulusan sma lah bla bla bla... sementara mahasiswa yg ipknya tinggi dan cenderung belajar terus cuma jadi staf ahli bla bla bla... mungkin saja itu akal2an orang yg menginginkan bahwa baiknya lulusan universitas pada berwirauasaha ketimbang nyari kerja dan jadi pegawai. jadi tolong sertakan bukti yg kuat dulu untuk mendukung asumsinya :), untuk memperkuat asumsi anda yg berkata ipk sekian jadi apa dan ipk sekian bakal jadi apa, artikel saja tidak cukup, kalaupun kebanyakan lulusan sma, bisa dikasih tau rata2 rapot mereka berapa? :) sekali lagi asumsinya harus diperkuat bukti :)juga perlu diperhatikan lembaga yg mensurveynya siapa? apa? darimana? layak atau tidak, tahun berapa? berapa tahun sekali diupdate?.

    selanjutnya masalah berorganisasi, berorganisasi bagus, tapi organisasi macam apa yg diikuti menentukan kualitas orang yg mengikuti organisasi itu seperti apa... banyak orang (atau katakanlah mahasiswa) yg mengikuti organisasi, bukan organisasi yg buruk bisa dikatakan, organisasi2 yg konon katanya membela aspirasi rakyat lah dan semacamnya, bahkan organisasi yg "berbau" keagamaan, mereka malah setelah terjun ke dunia nyata malah ya... biasa2 saja, bahkan bagi sebagian mereka yg beruntung duduk di kursi parlemen atau di pemerintahan kebanyakan malah menjadi "penghancur" negeri ini, katakan lah an*s urban~~~ mantan ketua hmi, kalau benar dia terlibat kasus bersama om nazar, wah... suatu bukti nyata bahwa orang pintar + organisasi oke tidak menentukan juga bahwa seseorang itu sukses (sukses buat dirinya sendiri mungkin iya, tapi sukses dengan mendaki tangga pijakan yg dibuat dari mayat rakyat indonesia buat apa?) contoh lainnya banyak mahasiswa aktif organisasi dari universitas ternama di indonesia yg malah jadi orang yg "yah gitu deh" setelah mereka lulus, pintar + aktif organisasi pun tidak cukup, in my humble opinion loh ya :)terus coba sertakan juga apabila ada pengusaha atau bos katakanlah yg dulunya aktif berorganisasi ada berapa di indonesia? untuk memperkuat bukti asumsi di artikel anda. jadi asumsi anda bukan sekedar asumsi bodong :)

    tulisannya sudah cukup bagus, cuma saja asumsinya perkuat bukti lebih jauh, akan lebih menarik saya rasa :). akhir kata, semua balik lagi ke orangnya masing2, masa depan tidak terukir diatas batu, atau diatas selembar kertas bernama transkrip ataupun itu ijasah :) diri sendiri lah yg menentukan sendiri masa depan kita :)

    setuju sama paragraf yg ini :
    "Pada akhirnya hidup ini adalah pilihan. Tidak ada parameter bahagia dan parameter kesulitan yang pasti, semuanya kita yang menentukan. Lagipula jika semua orang ingin menjadi pemimpin tanpa mau menjadi karyawan, roda kehidupan tidak akan berputar dengan lancar. Namun hal yang bisa kita lakukan dari sekarang adalah memilih di posisi mana kita berada dalam perputaran roda kehidupan."

    tapi perlu diingat, Tuhan pun punya andil dalam roda kehidupan :)

    salam, om ganteng.

    ReplyDelete
  5. This part strikes a bell nicely:

    "Orang 'pure' pintar yang memaksakan diri untuk memimpin cenderung mengatur tanpa memperhatikan perasaan orang yang dia atur, seakan-akan orang tersebut hanyalah karbon tanpa perasaan yang bisa diatur secara teoritis."

    ReplyDelete
  6. @Om Ganteng
    Wah. Komentarnya om bener-bener ngelengkapin blog saya nih. Makasih om buat masukannya. Pos selanjutnya bakalan lebih dibanyakin deh bukti-buktinya :)

    @Pak Eki
    Iya pak. Kalo menurut saya pintar saja tidak cukup untuk menjadi pemimpin. Harus bisa membuat rekanan dan bawahannya nyaman juga :)

    ReplyDelete
  7. Menarik sekali, yang membuat saya tertarik adalah perkataan

    "Anda mendapatkan IPK 4.0? setiap pulang kuliah langsung belajar dan menolak ajakan main dari teman anda? Selamat! Anda berpeluang besar menjadi staff ahli pada sebuah perusahaan ternama,"<- semoga hal tersebut bukan sebuah generalisasi, ya. Karena tidak semua yang IPK 4.0 menjadi karyawan dan tidak semua orang yang di DO bisa menjadi orang sukses. (Dan kesuksesan itu tentu saja relatif, sukses tidak harus selalu menjadi bos dalam perusahaan? atau mungkin parameter kesuksesan Anda adalah posisi di perusahaan?).


    Karena inti dari tulisan ini adalah organisasi, saya sendiri setuju bahwa singkatnya organisasi adalah tempat yang tepat untuk mengaktualisasikan diri, dan tentu saja itu akan mendukung pengimplementasian ilmu yang kita dapat nantinya.

    Salam

    ReplyDelete
  8. Tulisannya sangat memotivasi apalagi seseorang kayak aku, Kak. I like it..

    ReplyDelete
  9. tulisannya sangat memotivasi apalagi buat seseorang seperti aku, Kak. I like it. Keep writing :D

    ReplyDelete
  10. @anonymus
    Yap. memang ga ada yang bisa digeneralisasi kalau urusannya dengan masa depan dan takdir. Untuk parameter kesuksesan itu kembali ke diri seorang masing-masing, dan parameter itu akan sangat berhubungan dengan parameter kebahagiaan dan bagaimana seseorang bersyukur. Anyway, terima kasih atas komentar dan masukannya, pasti akan sangat bermanfaat :)

    @wheredidyougetthat
    Waaah, saya juga jadi lebih termotivasi lagi buat nulis. Makasih banyak ya :D

    ReplyDelete