Monday, April 9, 2012

Alasan Untuk Sombong

[source]
Pada umumnya orang tidak menyukai orang yang memiliki perilaku sombong. Mengapa orang tidak menyukai orang sombong? Hal tersebut biasanya berkenaan dengan diri yang merasa tersinggung oleh perkataan atau perlakuan orang yang dianggap sombong tersebut. Lalu mengapa orang bisa merasa tersinggung melihat kelakuan orang sombong?.

Dari beberapa sumber kamus, saya mendapati kalau arti kata sombong adalah meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain. Orang sombong biasanya memiliki sesuatu untuk ditunjukan, jadi sombong itu pada intinya sebenarnya adalah ‘menunjukan’ pada orang lain apa yang dimiliki. Jika kita sepakat dengan makna sombong yang secara umum ‘menunjukan’, maka pada dasarnya semua orang berprilaku ‘sombong’. Semua orang ingin diakui, semua orang ingin menunjukan apa yang dia miliki. Ketika kita memenangkan sebuah perlombaan, kita mengangkat dan menunjukan piala kemenangan, kita menunjukan apa yang kita miliki, apa yang telah kita capai. Ketika kita memiliki baju bagus, kita menunjukannya kepada orang-orang dengan memakainya. Ketika kita melakukan suatu hal, kita menuliskannya di Facebook, Twitter, atau media sosial lainnya, kita ingin diapresiasi, kita ingin orang melihat apa yang kita miliki. Jadi, menurut saya, sombong ya syah-syah saja, selama kita memiliki sesuatu untuk disombongkan.

Memang sebuah dilema, ketika kita ingin menunjukan apa yang kita miliki, namun di sisi lain kita tidak boleh merendahkan dan menyinggung orang lain. Sebenarnya sebaik apa pun kita ‘sombong’, tetap saja orang lain akan merasa tersinggung jika orang tersebut memiliki perasaan iri. Aa Gym pernah mengunkapkan dalam ceramahnya kalau perasaan iri adalah perasaan yang paling merugikan, karena dengan beriri hati kita hanya akan merasa sakit tanpa terjadi perubahan apa pun pada diri kita. Tindak lanjut yang lebih berbahaya dari perasaan iri adalah adanya upaya agar orang lain jatuh. Padahal, daripada berangan-angan “kapan ya orang lain seperti kita, menjadi orang biasa” lebih baik “kapan ya kita seperti orang lain, menjadi orang luar biasa”.

Selain berharap orang tidak iri terhadap apa yang kita miliki, sebenarnya kita juga harus berupaya agar apa yang kita sombongkan tidak menyinggung atau merendahkan orang lain. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan mengakali pengemasan apa yang ingin kita tunjukan. Katakanlah kita membeli mobil baru. Ada beberapa kemungkinan cara untuk menunjukan pada orang-orang bahwa kita membeli mobil baru. Misalkan kita menggunakan Facebook sebagai media sombong kita, dan yang kita tulis di Facebook misalnya:

1.  Saya baru membeli mobil  Ferrari baru dengan harga 1 milyar.
2.  Alhamdulillah, Tuhan memberi saya rejeki untuk dapat membeli Ferrari baru.
3.  (tidak menulis apa pun, tapi ganti PP dan upload gambar mobil Ferrari baru).

Statemen satu mungkin akan menimbulkan reaksi, “sombong banget lah tu orang, mentang-mentang kaya”. Statemen ke-dua menimbulkan kesan seseorang bersyukur atas apa yang dimiliki, tapi pernahkah anda bertanya, kenapa ucapan syukurnya harus diucapkan di Facebook bukan diucapkan setelah beribadah? Saya berasumsi sebenarnya orang tersebut sebenarnya bukan hanya bersyukur, tapi juga ingin menunjukan bahwa dia membeli mobil baru. Statemen ke-tiga saya pikir adalah cara terbaik untuk menyombongkan diri. Semakin kita tidak banyak bicara dalam menunjukan sesuatu, semakin kecil aura sombong yang kita pancarkan, padahal tujuannya sama saja. Dengan hanya menunjukan foto, kemungkinan orang tersinggung akan menjadi lebih kecil karena interpretasi dari foto tersebut berasal dari pengolahan makna dari orang yang melihatnya, dan makna tersebut cenderung lebih luas. Berbeda dari bahasa yang kita sampaikan, yang mungkin maknanya sudah ada di dalam kata-kata, tanpa harus lebih lama dicerna lagi. Pada akhirnya, tersinggung atau tidak, hal itu adalah urusan orang sekitar kita, apakah mereka merasa iri, atau malah termotivasi.

Sombong adalah simbol sebuah pencapaian, jadi syarat untuk sombong adalah kita memiliki sesuatu yang telah kita capai. Saya pikir adalah hal yang memalukan untuk menyombongkan apa yang sebenarnya kita tidak miliki atau belum kita capai. Iri adalah simbol sebuah kekalahan. Saat merasa iri kita menginginkan apa yang orang lain miliki, tapi kita belum bisa memilikinya. Daripada merasa iri dengan apa yang orang lain miliki, lebih baik kita memotivasi diri agar kita bisa sama baik atau melebihi orang 'sombong' tersebut. Dalam menunjukan apa yang kita miliki, beragam upaya dapat kita lakukan untuk meminimalisir timbulnya perasaan iri dalam diri orang lain, salah satunya adalah dalam hal penggunaan bahasa. Sombong itu adalah perasaan ingin menunjukan, dalam kesombongan tergambar sifat manusia yang ingin diakui dan diapresiasi, hal tersebut adalah wajar adanya. Walaupun demikian, kita tidak boleh berlebihan dalam 'menyombongkan' diri, karena sesungguhnya tidak ada yang patut bersombong diri selain Allah SWT.

-assumption-

2 comments:

  1. Dialektika reflektif yang menarik.

    ReplyDelete
  2. Wah. Makasih pak komentarnya. Ngomong2, dialektika reflektif itu apa ya pak artinya? #gubrak

    ReplyDelete