Sunday, January 3, 2010

Tujuanku Kuliah

Kuliah, mungkin kata-kata itu adalah hal yang paling sering dibicarakan dikalangan siswa SMA kelas 3 semester akhir. Topik mengenai kuliah ditanggapi beragam oleh berbagai siswa, ada seorang siswi yang menanggapi bahwa kuliah itu tidak penting, karena toh dimasa depan nanti dia akan menjadi seorang istri yang pekerjaan utamanya adalah sebagai ibu rumah tangga, ada yang menanggapi kalau kuliah itu mahal dan hanya membuang-buang uang, dan dia lebih memilih untuk berkerja sebagai buruh disebuah pabrik seusai lulus. Ada yang menanggapi kuliah itu bisa dimana saja yang penting adalah diri kita yang melakoninya. Ada yang menanggapi kuliah itu harus di Universitas terkemuka agar kelak kita dibantu oleh gengsi universitas kita saat kita hendak mencari pekerjaan.Ada yang menanggapi kuliah itu hanya sebagai pengisi waktu luang saja, daripada menganggur atau menjadi buruh disebuah pabrik.

Tanggapanku adalah tanggapan yang terakhir, karena aku tidak mau menganggur dan saya merasa gengsi jika harus berkerja sebagai seorang 'pesuruh' disebuah perusahaan.

Awalnya aku mencoba PMDK ke sebuah Universitas di Bogor. Pertimbanganku memilih Bogor adalah karena terdapat saudara disana dan karena tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga aku dapat pulang lebih sering. Selama 1 bulan lamanya aku menunggu hasil pengumuman PMDK dari universitas tersebut. Betapa kecewanya aku ketika mengetahui namaku tidak berada dalam daftar siswa yang lulus PMDK ke Universitas tersebut. Aku bingung harus masuk ke Universitas mana ketikaku lulus, yang pasti Aku menyatakan tidak mau masuk ke universitas 'luar negeri' kepada orangtuaku.

Aku pun mencari informasi mengenai jalur masuk universitas, dan menemukan jalur masuk UM-UPI. Aku mencoba memahami cara masuk Universitas ini melalui jalur ini. Akhirnya kumengerti inti dari jalur masuk ini adalah biaya yang besar.
Aku memberitahukan hal ini kepada orangtuaku. Mereka sempat ragu dan menawarkan jalur SNMPTN atau masuk Universitas Swasta. Aku menolak kedua tawaran tersebut dikarenakan aku merasa tidak memiliki cukup kemampuan untuk bersaing dengan ribuan orang diseluruh Indonesia. sementara itu, alasanku menolak universitas swasta adalah karena 'gengsi'.

Mereka akhirnya mengizinkan aku untuk mengikuti test UM-UPI. Saya pun lulus dan merasa sangat gembira karena tidak perlu masuk ke Universitas swasta. Orangtuaku pun sangat merasa gembira tatkala mendengar kabar kelulusan dariku. Orang tuaku pun diwajibkan untuk membayar dana yang sangat besar yang kurasa menjual sebuah motor bebek saja tidak akan cukup menutupi biaya tersebut. Hari terus berlalu dan jangka waktu pembayaran pun semakin sempit.Aku merasa sangat khawatir, khawatir jika keberhasilanku masuk Universitas ini sirna dikarenakan tidak adanya biaya. Tiga hari sebelum batas akhir waktu pembayaran aku mendapat pesan singkat dari ibuku yang berkata "uang pembayaran pendaftarab udah dibayar ke Bank". Betapa senangnya hatiku ketika mendengar berita tersebut,tetapi aku merenung "darimana mereka dapat uang sebesar itu? pasti mereka meminjam dari orang lain". Seketika itu pula wajahku berubah pucat dan sedih, aku merasa menjadi seorang anak yang menjadi beban berat bagi orangtuaku. Dikamar aku meneteskan air mata,menyesali keputusan orangtuaku.

Orangtuaku pun datang menghampiriku dan bertanya, " kenapa kamu menangis" aku menjawab "karena saya sudah terlalu merepotkan dan terlalu membebani". orang tuaku mengelus kepalaku, memegang pundakku seraya berkata " kami tidak akan merasa terbebani walaupun harus mengeluarkan uang puluhan juta. yang kami ingin lakukan adalah melihat kamu menjadi anak yang sukses dimasa depan, apapun caranya akan kami tempuh. Yang terpenting sekarang kamu belajar yang benar, buat kami bangga dan bahagia". Mendengar perkataan tersebut aku memeluk mereka berdua.Aku pun berterima kasih terhadap apa yang telah mereka berikan kepadaku, dan aku pun berjanji ketika kuliah nanti aku tidak akan mengecewakan mereka.

Sejak saat itulah aku menetapkan kalau tujuan kuliahku adalah untuk membuat bangga dan membahagiakan kedua orang tuaku.

No comments:

Post a Comment