Sunday, September 9, 2012

6 Semester dalam 915 Kata



Bagi sebagian orang angka 7 sering disebut sebagai angka keberuntungan. Namun, bagi saya angka tersebut adalah sebuah pengingat bahwa saya sudah 3 tahun lamanya menjadi mahasiswa sebuah Universitas berlokasi di dataran berhawa dingin. Semester 7. Saya sudah semakin tua. Tak peduli orang beranggapan saya masih belum dewasa atau pun semakin dewasa, saya sudah tua, dan kehidupan dimana semuanya akan cenderung berorientasi pada materi dan financial problem pun sudah semakin dekat.

Saya merasa beruntung selama 3 tahun ini dapat merasakan berbagai hal yang tidak saya rasakan semasa bercelana hijau, merah, biru, bahkan abu-abu. Beruntung saya memutuskan untuk mencoba berbagai hal dan tidak hanya fokus pada hal yang sebenarnya menjadi kewajiban mutlak; kuliah.

Saya pernah merasakan menjadi mahasiswa baru. Kala itu saya keluar SMA dengan predikat siswa yang hampir tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi. Kala itu juga saya dengan hati yang teguh memutuskan untuk hanya fokus kuliah dengan harapan bisa lulus dengan cepat dan ‘mengganti’ secepat mungkin biaya kuliah puluhan juta yang dikeluarkan orang tua hasil meminjam dari sana-dan sini.

Akhirnya tibalah hari pertama kuliah. Semuanya terlihat aneh. Bahkan kotak besi yang dapat memindahkan orang-orang dari satu lantai ke lantai lain pun terasa sungkan saya operasikan karena belum terbiasa. Ketika kuliah semester pertama dimulai, saya merasa kuliah itu seperti yang terjadi di banyak film FTV yang saya anggap mengada-ngada. Sedikit sekali adegan belajar di kelas, dan banyak waktu luang yang saya gunakan hanya dengan duduk dan bercanda gurau di balkon lantai 4 FPBS atau pun bawah pohon partere. Dari kesadaran memiliki banyak waktu yang dapat lebih dimanfaatkan, saya memutuskan untuk masuk English Debating Community; salah satu divisi yang ada di English Students’ Association (ESA).

Mungkin ESA adalah jalan Tuhan agar saya bisa mengerti dan melihat dunia lebih luas dari halaman buku Grammar. Berniat menambahkan berdebat dibawah berkuliah, pada akhirnya saya melibatkan diri dalam banyak kegiatan; bersosialisasi dengan masyarakat, menjadi kuli angkut meja-meja berat, mendapatkan sahabat, bertemu orang-orang hebat, dan masih banyak lagi hal yang awalnya tak terpikirkan sama sekali ketika pertama kali menjadi mahasiswa besi mengkilap yang belum berkarat.

Menjadi panitia seminar, baik yang diadakan oleh dosen atau pun mahasiswa juga merupakan bagian dari college life saya. Mengikuti berbagai perlombaan, yang walau kadang sama sekali tak menang, saya tetap senang. Jarang ada piala, plakat, atau pun amplot cokelat tebal, yang banyak saya dapati adalah makanan gratis yang dapat menghemat pengeluaran makan saya sebagai anak kost dan tetesan keringat dengan suara tawa sebagai latar musik, serta bertambahnya jaringan mutual friends Facebook dan follower following Twitter.

Friends? How about friends? Ah, jika anda mengira saya di atas belum menceritakan tentang teman-teman saya yang luar biasa, anda berarti belum belajar Reading for General Communication (LOL). Jumlah mereka memang tidak sebanyak teman Facebook saya, tapi mereka ada, dan nyata ketika berkumpul dan bercanda gurau. Beragam pilihan hidup yang mereka jalani, fokus hanya kuliah, bermain, pacaran, kerja, organisasi, dsb. Tidak apa, mereka punya pilihan hidup mereka masing-masing, namun tetap teman-teman dengan berbagai latar belakang dan fokus tersebut adalah bagian dari hidup saya. Intinya, saya tetap memiliki quantity of quality friends selama 3 tahun memilih berbagai kegiatan ini.

Girlfriend? How about girlfriend? Well, why on earth you ask such a question! I am gonna smack you down for opening a Pandora box question. LOL just kidding. I had a girlfriend; I think she was nice. Well, bukan semata stealing curhat, tapi saya ingin menunjukan bahwa sibuk selain kuliah tetap membuka kesempatan untuk kita merasakan indahnya pacaran.

Semester 7. Sekarang luasnya pilihan kegiatan sehari-hari semakin mengerucut menuju dunia pekerjaan, tak peduli seberapa keras saya memperluas ruang. Namun saya tak begitu merasa menyesal karena selama ini telah mencicipi berbagai kegiatan sehingga tidak terlalu banyak rasa penasaran. Lalu, bagaimana dengan tujuan utama saya kuliah? Bagaimana dengan pernyataan klasik ingin membahagiakan orang tua? Bagaimana dengan IPK? . Hal tersebut selalu ada dalam alam bawah sadar, selalu muncul walaupun tidak dipanggil, sama seperti kebanyakan mahasiwa lainnya, akan selalu dipenuhi tak peduli seberapa lelah, seberapa sibuk mahasiswa tersebut. Sama sekali tidak berniat rasis IPK, karena yakin jauh jauh jauh lebih banyak lagi orang yang lebih berprestasi secara akademik. Saya hanya ingin menunjukan sesuatu hal dan bersyukur masih diberi waktu dan kesempatan untuk mendapatkan IPK yang memuaskan walaupun tidak begitu meledak di wajah.


Intinya adalah manajemen waktu. Bukan seberapa banyak waktu yang kita punya, namun sebarapa baik kita memanfaatkan waktu yang kita punya. Hidup adalah pilihan, tidak ada paksaan untuk mempercayai atau menjalani sesuatu. Kuliah juga pilihan, dan mahasiswa memiliki kebebasan yang sangat luas untuk menentukan pilihan hidupnya. Namun, jika saya analogikan dunia kuliah itu seperti makan di warteg. Kuliah adalah nasi, makanan pokok yang akan selalu kita makan dan prioritaskan, sementara kegiatan lainnya adalah lauk pauknya. Kita bisa makan nasi hanya dengan kangkung, hanya dengan ayam goreng, hanya dengan sambal, hanya dengan lalaban. Atau, makan nasi dengan kangkung, ayam goreng, sambal, dan lalaban dalam satu piring. Semuanya terserah kita. Dengan memilih makan nasi dengan berbagai lauk pauk yang berbeda, membuat asupan gizi seimbang dan membuat kita tidak merasa bosan. Berbeda ketika kita memilih makan nasi saja, hambar akan terasa.

Terakhir, dunia adalah pilihan, kita memiliki banyak pilihan. Dari milyaran pilihan kita tidak dituntut hanya memilih satu atau dua pilihan, kita memiliki kesempatan untuk memilih banyak hal sekaligus.

Bayangkan, di dunia ini terdapat

Milyaran orang untuk ditemui.





Milyaran tempat untuk dikunjungi.





Milyaran kegiatan untuk dijalani.






Trililiyunan hal lainnya terdapat di dunia, untuk kita nikmati dan pelajari,
sangat sayang jika kita lewatkan hanya untuk tidur dan bermalas-malasan.

-Mere Assumptions-

2 comments: