Bagi sebagian orang angka 7 sering disebut
sebagai angka keberuntungan. Namun, bagi saya angka tersebut adalah sebuah pengingat
bahwa saya sudah 3 tahun lamanya menjadi mahasiswa sebuah Universitas berlokasi
di dataran berhawa dingin. Semester 7. Saya sudah semakin tua. Tak peduli orang
beranggapan saya masih belum dewasa atau pun semakin dewasa, saya sudah tua,
dan kehidupan dimana semuanya akan cenderung berorientasi pada materi dan financial problem pun sudah semakin
dekat.
Saya merasa beruntung selama 3 tahun ini dapat merasakan berbagai hal yang tidak saya rasakan semasa bercelana hijau, merah, biru, bahkan abu-abu. Beruntung saya memutuskan untuk mencoba berbagai hal dan tidak hanya fokus pada hal yang sebenarnya menjadi kewajiban mutlak; kuliah.
Saya pernah merasakan menjadi mahasiswa baru. Kala itu saya keluar SMA dengan predikat siswa yang hampir tidak pernah
mengikuti kegiatan organisasi. Kala itu juga saya dengan hati yang teguh
memutuskan untuk hanya fokus kuliah dengan harapan bisa lulus dengan cepat dan ‘mengganti’
secepat mungkin biaya kuliah puluhan juta yang dikeluarkan orang tua hasil meminjam
dari sana-dan sini.
Akhirnya tibalah hari pertama kuliah. Semuanya
terlihat aneh. Bahkan kotak besi yang dapat memindahkan orang-orang dari satu
lantai ke lantai lain pun terasa sungkan saya operasikan karena belum terbiasa.
Ketika kuliah semester pertama dimulai, saya merasa kuliah itu seperti yang
terjadi di banyak film FTV yang saya anggap mengada-ngada. Sedikit sekali
adegan belajar di kelas, dan banyak waktu luang yang saya gunakan hanya dengan
duduk dan bercanda gurau di balkon lantai 4 FPBS atau pun bawah pohon partere.
Dari kesadaran memiliki banyak waktu yang dapat lebih dimanfaatkan, saya
memutuskan untuk masuk English Debating
Community; salah satu divisi yang ada di English Students’ Association (ESA).
Mungkin ESA adalah jalan Tuhan agar saya bisa
mengerti dan melihat dunia lebih luas dari halaman buku Grammar. Berniat menambahkan
berdebat dibawah berkuliah, pada akhirnya saya melibatkan diri dalam banyak
kegiatan; bersosialisasi dengan masyarakat, menjadi kuli angkut meja-meja berat,
mendapatkan sahabat, bertemu orang-orang hebat, dan masih banyak lagi hal yang
awalnya tak terpikirkan sama sekali ketika pertama kali menjadi mahasiswa besi
mengkilap yang belum berkarat.
Menjadi panitia seminar, baik yang diadakan
oleh dosen atau pun mahasiswa juga merupakan bagian dari college life saya. Mengikuti berbagai perlombaan, yang walau kadang
sama sekali tak menang, saya tetap senang. Jarang ada piala, plakat, atau pun
amplot cokelat tebal, yang banyak saya dapati adalah makanan gratis yang dapat
menghemat pengeluaran makan saya sebagai anak kost dan tetesan keringat dengan
suara tawa sebagai latar musik, serta bertambahnya jaringan mutual friends Facebook dan follower following Twitter.
Friends? How about
friends? Ah, jika
anda mengira saya di atas belum menceritakan tentang teman-teman saya yang luar
biasa, anda berarti belum belajar Reading
for General Communication (LOL). Jumlah mereka memang tidak sebanyak teman Facebook saya, tapi mereka ada, dan
nyata ketika berkumpul dan bercanda gurau. Beragam pilihan hidup yang mereka
jalani, fokus hanya kuliah, bermain, pacaran, kerja, organisasi, dsb. Tidak apa, mereka
punya pilihan hidup mereka masing-masing, namun tetap teman-teman dengan
berbagai latar belakang dan fokus
tersebut adalah bagian dari hidup saya. Intinya, saya tetap memiliki quantity of quality friends selama 3
tahun memilih berbagai kegiatan ini.
Girlfriend? How about
girlfriend? Well, why on earth you ask such a question! I am gonna smack you
down for opening a Pandora box question. LOL just kidding. I had a girlfriend; I
think she was nice. Well, bukan semata stealing curhat, tapi saya
ingin menunjukan bahwa sibuk selain kuliah tetap membuka kesempatan untuk kita
merasakan indahnya pacaran.
Semester 7. Sekarang luasnya pilihan kegiatan
sehari-hari semakin mengerucut menuju dunia pekerjaan, tak peduli seberapa
keras saya memperluas ruang. Namun saya tak begitu merasa menyesal karena
selama ini telah mencicipi berbagai kegiatan sehingga tidak terlalu banyak rasa
penasaran. Lalu, bagaimana dengan tujuan utama saya kuliah? Bagaimana dengan pernyataan
klasik ingin membahagiakan orang tua? Bagaimana dengan IPK? . Hal tersebut selalu ada dalam alam bawah sadar, selalu muncul walaupun tidak dipanggil, sama
seperti kebanyakan mahasiwa lainnya, akan selalu dipenuhi tak peduli seberapa
lelah, seberapa sibuk mahasiswa tersebut. Sama sekali tidak berniat rasis IPK,
karena yakin jauh jauh jauh lebih banyak lagi orang yang lebih berprestasi
secara akademik. Saya hanya ingin menunjukan sesuatu hal dan bersyukur masih
diberi waktu dan kesempatan untuk mendapatkan IPK yang memuaskan walaupun tidak
begitu meledak di wajah.
Intinya adalah manajemen waktu. Bukan seberapa
banyak waktu yang kita punya, namun sebarapa baik kita memanfaatkan waktu yang
kita punya. Hidup adalah pilihan, tidak ada paksaan untuk mempercayai atau
menjalani sesuatu. Kuliah juga pilihan, dan mahasiswa memiliki kebebasan yang
sangat luas untuk menentukan pilihan hidupnya. Namun, jika saya analogikan dunia kuliah itu seperti makan di warteg. Kuliah adalah nasi, makanan pokok
yang akan selalu kita makan dan prioritaskan, sementara kegiatan lainnya adalah
lauk pauknya. Kita bisa makan nasi hanya dengan kangkung, hanya dengan ayam
goreng, hanya dengan sambal, hanya dengan lalaban. Atau, makan nasi dengan
kangkung, ayam goreng, sambal, dan lalaban dalam satu piring. Semuanya terserah
kita. Dengan memilih makan nasi dengan berbagai lauk
pauk yang berbeda, membuat asupan gizi seimbang dan membuat kita tidak merasa bosan. Berbeda ketika kita memilih makan nasi saja, hambar akan terasa.
Terakhir, dunia adalah pilihan, kita memiliki
banyak pilihan. Dari milyaran pilihan kita tidak dituntut hanya memilih satu
atau dua pilihan, kita memiliki kesempatan untuk memilih banyak hal sekaligus.
Bayangkan, di dunia ini terdapat
Milyaran orang untuk ditemui.
Milyaran tempat untuk dikunjungi.
Milyaran kegiatan untuk dijalani.
Trililiyunan hal lainnya terdapat di dunia, untuk kita nikmati dan pelajari,
sangat sayang jika kita lewatkan hanya untuk tidur dan bermalas-malasan.
-Mere Assumptions-
It's awesome... :)
ReplyDeleteThank you... :)
ReplyDelete